Sekitar Tahun 1980an,Ragil Suwarna Pragolapati Sastrawan kelahiran Pati, Jawa Tengah, adalah seorang ahli membaca tanda tangan, atau biasa disebut grafolog.
Menurutnya tiga inti dari tanda tangan Sukarno.
Pertama, huruf “S” pada “Soekarno” ditulis dengan beberapa kali pengulangn tarikan, sehingga mengesankan ribet atau rumit. Ragil memaknai sebagai perjalanan Sukarno yang dimulai dari kondisi yang sangat rumit. Sejarah telah mencatat, bagaimana Sukarno hidup susah di waktu kecil dan remaja, dan hidup penuh tantangan pula di masa muda sebagai penggerak roda revolusi bangsa. Ia masuk-keluar penjara, ia dibuang dan diasingkan, dan kisah-kisah buruk yang melilit Sukarno pada fase awal.
Kedua, huruf-huruf selanjutnya pada tanda tangan Sukarno, terbaca gamblang, sehingga secara keseluruhan kita bisa baca sebagai nama dia. Ini adalah simbol Sukarno orang yang terbuka, jelas dan tegas langkahnya, lurus kepribadiannya, teguh pada prinsip dan sikap-sikap transparan lain. Dari beberapa literatur bisa kita ketahui, Sukarno lantang menentang penjajahan. Sekeluar dari penjara Sukamiskin, ia masih juga menyuarakan kemerdekaan. Tidak seorang pun bisa membuatnya diam.
Sekalipun, seorang awak kapal menawarinya kabur dari pembuangan dan berjuang di bawah tanah, sekali lagi, Bung Karno menolak. Ia berdalih, cara Sukarno bukan berjuang di bawah tanah. Ia muncul sebagai simbol yang mudah terbaca oleh seluruh rakyat Indonesia. Mudah terbaca, seperti tanda tangannya.
Ketiga,Ragil menunjuk tambahan pada tanda tangan berupa “titik” dan “garis sambung”. Ragil memaknai karier dan hidup Bung Karno akan berakhir tragis. Tiba-tiba. Mendadak. Habis. “Titik”. Akan tetapi, garis sambung di belakang titik adalah suatu makna, bahwa pada akhirnya, namanya akan kembali muncul, berkibar selama-lamanya di bumi Indonesia.
Point ketiga tadi terbukti pada kampanye 1999, belasan tahun kemudian sejak Ragil membacanya di Sanggar Teater Alam. Nama Bung Karno menjadi ikon pemersatu massa marhaen, poster dan gambar Bung Karno kembali berkibar menggelorakan memori bangsa, dan mengantarkan PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarnoputri memenangi Pemilu, bahkan kemudian mengantar Megawati ke kursi kepresidenan. Meski akhirnya rakyat tahu, Megawati BUKAN Sukarno!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar